Nostalgia, Recovery, dan Fantasi

Kembali ke tahun 2003, film ini menjadi sebuah drama fantasi yang cukup kental. Ini semua berkat arahan Tim Burton, yang hingga kini sangat dikenal dengan keberaniannya dalam mengeksplorasi fantasi ke dalam setiap filmnya.

Big Fish sebetulnya merupakan sebuah film adaptasi dari sebuah novel yang berjudul sama karangan Daniel Wallace. Singkatnya, kisah ini adalah tentang proses recovery sebuah hubungan antara sang ayah dan anak, yang dibumbui dengan kisah-kisah fantasi nostalgia sang ayah.

Semua berawal dari sang Ayah, Ed Bloom, yang diperankan oleh Albert Finney, yang senang bercerita. Ia senang menyebarluaskan kisah kelahiran Will versinya, saat pernikahan Will. Hal ini malah membuat Will, yang diperankan oleh Billy Crudup, terganggu dengan kisah fantasi ayahnya dan memiliki relasi yang renggang dengan ayahnya hampir selama 3 tahun.

Namun, ketika kesehatan sang ayah semakin memburuk, Will bersama istrinya, Josephine, yang diperankan oleh Marion Cotillard, pulang ke Alabama,  dan menjaga ayah mereka. Pada saat ini, sang ibu, Sandra, yang diperankan oleh Jessica Lange, berusaha untuk mempersatukan kembali hubungan antara Ed dan Will yang sempat renggang.

Karena Ed yang senang bercerita, Will kemudian mendengar satu per satu kisah-kisah ayahnya. Sayangnya, Will merasa agak bingung karena ada beberapa kisah yang agak sulit untuk dipercaya, karena cukup banyak mengandung fantasi. Namun hal ini, semakin memperdekat hubungan keduanya.

Hingga akhirnya, Ed pun harus meninggal dan Ia sudah tidak mampu untuk menceritakan kisah masa lalunya. Sedangkan Will mencoba untuk menyelesaikan kisah Ayahnya yang sedang sekarat. Yang menarik, saat kematian Ed, Will menyaksikan seluruh sosok-sosok yang sempat diceritakan Ed.

Film ini sebetulnya cukup panjang, selama 125 menit. Mungkin bagi para penonton awam, film ini akan menyebalkan dengan kisahnya yang akan terkesan datar. Tetapi bagi para pecinta drama, kisah film yang satu ini tidak boleh dilewatkan.

Dengan deretan cast-cast yang cukup baik, film ini mampu membawa kisahnya dengan baik untuk dimengerti penonton. Juga, seperti biasanya, Burton memberikan sebuah sentuhan setting yang akan mempesona dan imaginatif, tetapi lebih realistis didalam film ini. Selain itu, aransemen Danny Elfman akan cukup menambah suasana kisah ini menjadi semakin dalam.

Dari segi cerita, kisah-kisah nostalgia Ed Bloom memang akan membawa penonton ke dalam sebuah kisah imaginatif yang memang akan membuat orang akan terbuai. Tetapi, bagian ini adalah yang tervital dari kisahnya. Mungkin tanpa bumbu ini, film ini tidak akan menarik.

Memang film ini tidak sukses di ajang Academy Award. Hanya mendapatkan sebuah nominasi untuk Best Original Score. After all, it was a good movie that you should watch!

Good

Good

Golden Ticket

Satu tanggapan »

  1. moukuton berkata:

    Sepertinya seru

Mohon komentarnya, setelah membaca posting ini.. :)